Tingkatan derajat manusia

Dalam kehidupan ini tiap manusia memiliki tingkat atau kelas /derajat. Kalau dalam Agama Hindu dikenal dengan istilah KASTA, yaitu Brahma/Agamawan, Ksatria/bangsawan, Waisa/pedagang, Sudra/Rakyat Jelata, hingga Paria/budak hina dina. Tingkatan2 tersebut amat diskriminatif, selain diukur oleh derajat duniawi, juga derajat tersebut didapat dari leluhurnya/orang tuanya, tanpa bisa dirubah. Orang tuanya Sudra atau Paria, maka anak dan keturunannya pun Sudra atau Paria. Tidak berhak berikhtiar untuk mengubah nasibnya, selain seorang Ken Arok saja mungkin…!.

Dalam Islam tidaklah demikian. Derajat kemulian manusia diusahakan oleh individunya masing-masing. Seorang anak yang lahir dari keluarga muslim atau mujahid, tidak berarti anaknya otomatis menjadi mujahid atau muslim dan mendapat tiket masuk Syurga secara gratis…,TIDAK. Orang-orang yang berhak masuk Syurga adalah orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh, sekalipun orang tuanya kafir, sebagaimana Nabi Ibrahim. Atau pula Nabi Nuh tidak berhak menurunkan derajat kemuliannya sebagai Nabi dan Rasul kepada anaknya, Kan’an.

Dengan demikian dalam al-Qur’an ada beberapa derajat kemuliaan manusia, diukur oleh sejauh mana upayanya dalam menggapai kemuliaan tersebut. Yaitu dari mulai manusia kal an’am/manusia layaknya binatang (Qs 7 : 179), – kemudian sebagai manusia yang berperadaban – Abid/hamba Allah (Qs 2 : 21), Mu’min – Muslim – Ummah – Mujahid hingga Muttaqin ( Qs 49 : 13).

Manusia kal an’am

Adalah manusia yang enggan mempergunakan fasilitas yang telah diberikan Allah untuk beribadah kepadaNya, berupa hati, pendengaran dan penglihatan. Hidupnya hanya memperturutkan hawa nafsu layaknya binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Ketika hendak makan, barang atau harta milik siapa saja dimakannya, yang penting ada peluang. Maka lahirlah Koruptor, Pencuri, Penipu, perampok dan sebangsanya. Ketika hendak bersenggama (afwan..), dimana saja dan dengan siapa saja dilakukan, yang penting didasari suka sama suka, kalau terpaksa diperkosa. Maka lahirlah PSK, Gigolo, WIL, PIL, tante Girang, Oom Senang. Prilakunya senang dan bangga dipertontonkan kepada publik melalui media internet atau HP. “Bubuligiran” dan “Bubulucun” di depan kamera dihargai sebagai MISS Univers, Putri tercantik Sejagat. Naudzubillah

Binatang-binatang semacam itu tidak perlu didemo untuk mengenakan busana atau dibuatkan RUU Anti Pornografi , karena begitulah budaya binatang. Ada-ada saja binatang dipaksa mesti pakai busana…!. Wajarlah bila Ratna sarumpaet dan Dyah “Oneng” Rieke Pitaloka menolak RUU APP.

Jadikanlah dulu dia manusia…dengan DAKWAH.

Aeh…, ngomong2 Mpok Oneng Pitaloka dan Ceu Ratna Tarompet, aeh Sarumpaet pernah mendebat penulis dengan kata-kata yang meledak bak petasan di siang bolong pada acara “Silat Lidah ANTV”, begini ungkapannya, “hey Boy…! bilangin yah sama kyai-kyai lhu, ustadz-ustadz lhu, ulama-ulama lhu…., yang sok alim dan sok suci itu…, jangan maksa-maksa kami pake baju…, dan larang-larang telanjang. Karena ini bukan komunitas Islam, bukan Negara-nya Allah, tapi ini Negara dan komunitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai HAM = Hak Asasi Monyet, Hak Asasi Maung, Hak Asasi Munding, Hak Asasi Manuk, Hak Asasi Mbeeek….! “.

Allah Swt berfirman, “Dan sesungguhnya kebanyakan penghuni neraka Jahannam adalah dari golongan Jin dan manusia, mereka telah diberi hati – tapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-Ayat Allah dengan hatinya, mereka telah diberi pendengaran tapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah, dan mereka telah diberi penglihatan, tapi tidak dipergunakan untuk melihat ayat-ayat Allah. Mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat dari binatang… (Qs Al-A’raf [7]: 179 )

Tinggalkan komentar